Kamis, 19 November 2015

E-Commerce dan E-business


Semakin konvergennya perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dewasa ini, telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas telekomunikasi yang ada, serta semakin canggihnya produk-produk teknologi informasi yang mampu mengintegrasikan semua media informasi. Ditengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global communication network) dengan semakin populernya Internet seakan telah membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatananan
masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan teknologi tersebut.

Pola dinamika masyarakat Indonesia seakan masih bergerak tak beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua bidang kehidupannya ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu kebijakan ataupun pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun masyarakat telah banyak menggunakan produk-produk teknologi informasi dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya, namun bangsa Indonesia secara garis besar masih meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik dalam membangun suatu infrastruktur yang handal (National Information Infrastructure) dalam menghadapi infrastruktur informasi global (Global Information Infrastructure).

Komputer sebagai alat bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam melakukan pemindahan data dan informasi. Dengan kemampuan komputer dan akses yang semakin berkembang maka transaksi perniagaan pun dilakukan di dalam jaringan komunikasi tersebut.

Jaringan publik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jaringan privat dengan adanya efisiensi biaya dan waktu. Sesuai dengan sifat jaringan publik yang mudah untuk diakses oleh setiap orang menjadikan hal ini sebagai kelemahan bagi jaringan itu.

ELEKTRONIK COMMERCE
Dalam beberapa waktu ini terakhir ini, dengan begitu merebaknya media Internet dimana-mana, khususnya  di Indonesia. Kehadiran Internet yang walaupun masih merupakan industri baru yang dalam Fase pertumbuhan, yang masih terus berubah serta penuh ketidakpastian, telah memperkokoh keyakinan akan pentingya peranan teknologi dalam pencapaian tujuan finansial perusahaan melalui modifikasi dan efisiensi proses bisnis yaitu dengan memanfaatkan E-Commerce.  Kemampuan Internet untuk menjangkau pelanggan baru dan penghematan biaya yang cukup signifikan untuk distribusi dan pelayanan pelanggan merupakan keunutngan yang bisa didapat perusahaan dang memindahkan roda nilai comerce ke media Internet.

Perkembangan Teknologi Internet yang sangan cepat berubah menjadikan strategi atau model bisnis yang cocok. Salah Satu implementasi dari aplikasi yang berbasis Word Wide Web adalah Elektronic Commerce atau lebih dikenal dengan istilah e-Commerce. Metodologi bisnis modern yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi, Merchant dan konsumen dalam menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dengan disertai perbaikan mutu barang dan jasa, serta peningkatan kecepatan service delivery. Metodologi tersebut mengubah pola bisnis tradisional menjadi pola bisnis modern dengan pemanfaatan Internet sebagai media bisnis yang menjadi trend saat ini. Trend ini kemudian dikenal dengan istilah Internet Commerce yang kemudian menjadi Elektronic Commerce (E-Commerce).

ARSITEKTUR E-COMMERCE
E-Commerce dibangun diatas dua pilar, yaitu pilar non teknis dan pilar teknis. Pilar non teknis meliputi aspek kebijakan, hukum dan privacy. Sedangkan pilar teknis untuk dokumen elektronik, multimedia dan protokol jaringan. Untuk di Indonesia dalam kondisi sekarang ini pilar non teknis yang berupa aspek hukum belum tersedia, sehingga sangat sulit untuk mengambil tindakan jika terjadi berbagai pelanggaran dalam transaksi.

E-COMMERCE (PERNIAGAAN ELEKTRONIK)
Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi E-Commerce (Perniagaan Elektronik). Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulan: "e-commerce is a part of e-business".

Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan media internet yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu digarisbawahi, dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka kemungkinan adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam e-commerce. Jadi pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media internet belaka.

Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet:
1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.
2. Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. Telah dikemukakan di bagian awal tulisan, bahwa koneksi ke dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang tidak aman. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan dengan koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media yang tidak aman.

Kelemahan yang dimiliki oleh Internet sebagai jaringan publik yang tidak aman ini telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi penyandian informasi (Crypthography). Electronic data transmission dalam e-commerce disekuritisasi dengan melakukan proses enkripsi (dengan rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya sistem sekuriti seperti SSL, Firewall, dsb.

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENERAPAN E-COMMERCE
Sebuah sistem E-Commerce merupakan contoh penerapan teknologi informasi yang komplek. Hal ini disebabkan terkoneksinya sistem yang seharusnya aman. Sangat propriatery dengan jaringan Internet yang sama sekali tidak aman, sangat terbuka dan open system.  Sebuah perusahaan yang hendak membangun sistem Internet atau on-line payment service / payment gateway untuk melayani pembayaran pada situs E-Commerce seharusnya telah mempunyai sistem perbankan yang kuat, realible dan aman, serta di dukung oleh sumber daya yang handal dan cukup. Karena selain keamanan yang menjadi prioritas tertinggi, volume transaksi di Internet tidak dapat diprediksikan besarnya. “Nature” Internet yang global menyebabkan siapa saja dalam waktu kapan saja dapat mengakses sistem tersebut. Belum lagi adanya  serangan-serangan mendadak yang banyak dan tersebar, sehingga sulit untuk dideteksi dan secara langsung dapat mengakibatkan downtime pada sistem internal.

Untuk mengetahui resiko yang dapat terjadi dan bagaimana security & control dalam suatu sistem Internet E-Commerce, perlu ditelaah terlebih dahulu arsitektur sistem secara makro, kemudian bagian demi bagian dianalisa dan diperiksa lebih lanjut. Kebutuhan kedalaman analisa dan pemeriksaan ini sangat bergantung pada arsitektur sistem. Semakin kompleks arsitektur sistem bukan berarti keamanan akan meningkat, tetapi juga bukan berarti arsitektur sistem yang sederhana akan meningkatkan realibilitas sistem secara keseluruhan.

Selain arsitektur sistem, perlu adanya analisa dan pemeriksaan terhadap implementasi, strategi dan prosedur administrasi sistem yang disiplin dan dijalankan untuk sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan berjalannya sebuah sistem Internet E-Commerce adalah bagaimana prosedur administrasi sistem dan kemampuan personal administrasi sistem dalam mengadaptasi perkembangan teknologi. Keamanan dalam kamus Internet dalam dinamis, setiap hari bahkan setiap jam, selalu ada penemuan security hole baru. Oleh karena itu personal administrasi sistem harus dapat mengantisipasinya.

Resiko yang dapat terjadi pada sistem Internet E-Commerce dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu :

1.    Resiko Server Aplikasi Internet E-commerce
Internet Server merupakan tempat berjalannya aplikasi Internet E-Commerce, sekaligus merupakan entry point kepada aplikasi yang semestinya terisolasi dari Internet.
Beberapa resiko yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
·     Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan memanfaatkan security hole
·    Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan program pelacak password
·     Penyusupan (intrsion) kedalam sistem dengan menggunakan alamat IP palsu (IP Spoofing)
·         Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan virus
·         Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan back dor
·         Penyerangan dengan membebani sistem dengan pemboman paket (packet bombing), Ping of Death, DoS (Denial of Service) atau Ddos (Distributed Denial of Service)

Jika sebuah server aplikasi Internet E-Commerce berhasil diserang, maka besar kemungkinan cracker dapat masuk kedalam sistem internal perbankan, karena server tersebut merupakan entry point ke dalam internal sistem
             
Pada suatu sistem Internet E-Commerce yang tidak didisain dan dimaintenance dengan baik, penyerangan dengan tehnik DoS / DdoS dapat menyebabkan beban lebih pada sistem sehingga sistem utama dapat mengalami kegagalan atau failure. Hal ini akan berakibat fatal terhadap perusahaan E-Commerce tersebut. Karena selain dapat mengakibatkan downtime yang sedang berjalan, cracker dapat melakukan manipulasi, pencurian, atau kejahatan yang lain sehingga merugikan.

2.    Resiko Transaksi
Banyak Pengguna Internet yang masih takut dalam melakukan transaksi di Internet, baik untuk membeli dan menjual barang di toko-toko Virtual, maupun melakukan transaksi keuangan pada sistem Intenet Banking. Resiko dalam melakukan transaksi di Internet sangat tinggi, karena selain beragamnya tujuan pengguna Internet, perngkat hukum yang menaungi keamanan dalam bertransaksi di Internet masih belum memadai. Beberapa resiko transaksi pada Internet adalah sebagai berikut :
·       Penipuan dengan memasang situs palsu yang kemudian menangkap nomor kartu kredit.
·       Penipuan dengan menggunakan nomor kartu kredit palsu untuk melakukan transaksi di Internet.
·         Penipuan domain sehingga dapat memasang situs palsu untuk menangkap nomor kartu kredit dan komponen autentikasi sehingga dapat digunakan untuk penipuan lain.
·         Penipuan dengan menyangkal telah melakukan suatu transaksi
·         Penipuan dengan membuat transaksi palsu
·         Terjadinya transaksi ganda akibat kesalahan pengiriman data

Selain resiko transaksi di Internet yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi resiko yang dapat terjadi dalam melakukan suatu transaksi di Internet. Semakin banyak pelaku atau pihak yang terlibat berarti semakin besar resiko yang dapat terjadi, demikian pula jika nilai transaksi semakin besar berarti semakin besar resiko yang dapat terjadi. Dengan adanya persaingan global, kebutuhan untuk melakukan perdagangan dan transaksi di Internet akan semakin meningkat dan tak terelakan. Hal ini memacu semua pelaku bisnis untuk mengembangkan teknologi yang dapat mendukung usahanya. EDI over Internet, Bussines to Customer Commerce (B2C), dan Bussines to Bussines Commerce (B2B) merupakan masa depan yang tak terelakan. Apalagi setelah dikembangkannya teknologi WAP (Wireless Application Protocol), seseorang dimungkinkan membeli saham dimana saja dan dalam waktu yang cepat, dengan hanya menekan tombol pada mobile phone yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk teknik pengamanan dalam melakukan transaksi di Internet, baik dari segi teknologi, prosedur maupun dalam perangkat hukum.

KEUNTUNGAN PENERAPAN E-COMMERCE BAGI DUNIA BISNIS DI INDONESIA
Internet pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1994 melalui lembaga pendidikan. Saat ini Internet di Indonesia sedang berkembang sangat cepat. Sebenarnya angka perkembangannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembangunan, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Di kota-kota besar seperti misalnya Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya dan Bandung, banyak bermunculan usaha warung Internet (Cyber Café). Didalam Warnet tersebut terdapat terminal-terminal di mana user dapat mengakses Internet tanpa harus menjadi pelanggan sebuah ISP. Orang hanya tinggal membayar biaya perjam atas akses yang dilakukan. Orang Tidak harus terdaftar pada ISP, tidak perlu membayar biaya bulanan Internet atau biaya telpon. Dan hal yang tepenting yaitu behwa para pengguna di warung Internet terbebas dari masalah teknis seperti masalah modem, kesulitan koneksi dan sebagainya.

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA
Kenyataan yang ada diindonesia, ternyata E-Commerce tidak mampu membuat perubahan yang cukup besar. Jika diamati fakta di atas, terdapat beberapa faktor yang dipercaya mendukung perkembangan, diantara kelemahan dan kesulitan yang dihadapi. Yang pertama akan dibahas tenteng beberapa faktor yang tidak mendukung pertumbuhan E-Commerce di Indonesia. Terdapat klasifikasi utama yaitu :
a.    Infrastruktur
Dapat dikatakan bahwa infrastruktur merupakan salah satu aspek terpenting, Secara geografis, Indonesia merupakan segara kepulauan. Struktur ini menyulitkan dalam pembuatan Fiber-optic-bases backbone. PT Telkom adalah penyedia telekomunikasi domestik yang bertanggung jawab terhadap Infrastruturdomestik ini. Sebagian besar dari jaringan PT. Telkom masih menggunakan Cooper Wire. Hanya kota-kota besar saja yang memakai fiber optic, walau koneksi ke end user masih menggunakan cooper. Aspek lain yang dapat dikategorikan sebagai Infrastrutur adalah telepon dan biaya akses Internet yang relatif masih mahal. Tidak seperti Amerika dan negara-negara lain, dimana biaya telepon hanya dikenakan bulanan, di Indonesia biaya tidak hanya biaya bulanan tetapi juga berdasarkan besarnya pemakaian telepon. Selain itu, User Internet masih diharuskan untuk membayar ISP atas penggunaan fasilitas Internetnya.

b.    Keamanan
Sebuah survai terhadap user Indonesia menunnjukkan bahwa pikiran utama yang masih tertanam di benak mereka untuk melakukan transaksi di Internet, yaitu mengenai masalah keamanan dalam pembayarannya. Mereka ingin agar provider memberikan jaminan keamanan bertransaksi ke situs mereka. Mungkin karena di Indonesia budaya penggunaan kartu kredit masih sedikit, maka banyak situs E-Commerce di Indonesia yang menawarkan cara konvensional, yaitu dengan melalui wesel atau via telepon, sementara halaman WEB hanya menawarkan jenis produk yang akan dijual, dan transaksi dilakukan dengan kontak langsung via telepon.


PENGHALANG UTAMA UNTUK MELAKUKAN E-COMMERCE
Menurut survei yang dilakukan CommerceNet dengan alamat http://www.commerce.net, para pembeli atau pembelanja belum menaruh kepercayaan kepada E-Commerce. Mereka tidak dapat menemukan apa yang mereka cari di E-Commerce. Belum ada cara yang mudah dan sederhana untuk membayar. Pelanggan E-Commerce masih takut ada pencuri kartu kredit, rahasia informasi personal mereka menjadi terbuka, dan kinerja jaringan yang kurang baik.

Tampaknya untuk meyakinkan pelanggan ini, E-merchant harus melakukan banyak proses pemandaian pelanggan, Walaupun demikian diramalkan sebagian besar pembeli akan berhasil mengatasi penghalang tersebut beberapa tahun mendatang.

Kunci utama untuk memecahkan masalah adalah bahwa merchan harus menghentikan pemikiran bahwa dengan cara menopangkan diri pada pada Java Applets maka semua masalah akan terpecahkan, padahal kenyataanya adalah sebetulnya merchant harus me-restrukturisasi operasi mereka untuk mengambil keuntungan maksimal dari E-Commerce.

SISTEM INFORMASI E-BUSINESS
e-Business (bisnis secara elektronik) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk memberi nama pada kegiatan bisnis yang dilakukan melalui Internet. Kegiatan bisnis yang dilakukan secara online itu meliputi pemasaran, promosi, public relations, transaksi, pembayaran, dan penjadwalan pengiriman uang. E-Business ini lebih luas dari sekedar E-Commerce yang hanya terbatas pada proses transaksi secara online.

E-Business nampaknya akan menjadi model bisnis masa depan karena dapat dikembangkan hanya melalui sebuah rumah yang kecil dan sederhana. Sementara itu pola e-Business terus berkembang dengan terciptanya protokol baru seperti Wireless Application Protocol (WAP) yang memungkinkan akses Internet melalui media komunikasi ponsel sehingga lahirlah istilah mobile Business atau m-Business.

Sistem e-Business kurang menarik bila tidak mampu berinteraksi dengan pengaksesnya sehingga muncul sistem e-Business yang interaktif berbasis multimedia yang disebut dengan interactive business atau i-Business. Dalam i-Business pengakses sistem seakan-akan berdialog dengan sistem e-Business melalui pesan maupun kotak-kotak dialog yang dibangun dalam sistem tersebut.

Untuk membangun e-Business yang handal, maka dibutuhkan sistem informasi yang mampu menampung dan mengolah data transaksi serta menghasilkan informasi yang tepat dan akurat setiap saat.

Sistem informasi merupakan faktor yang mendasar yang harus dikuasai oleh para pengelola sistem e-Business untuk bertahan dan sukses, karena transaksi dalam bisnis berbasis Internet ini berupa pertukaran data dan informasi antara penjual dan pembeli. Pembeli akan memberikan informasi tentang jenis produk yang akan dikonsumsi, jumlah dan nomor kartu kreditnya sedang penjual akan menginformasikan validitas transaksi dan informasi penting lainnya.

TANTANGAN PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI E-BUSINESS
Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh para pengelola perusahaan yaitu :

1.    Tantangan strategi bisnis
Ketangguhan sistem informasi e-Business terletak pada bagaimana perusahaan merumuskan dan menuangkan strategi bisnisnya yang handal dalam sistem tersebut misalnya strategi harga, strategi produk, strategi teknologi  dan sebagainya.

2.    Tantangan globalisasi
Perusahaan-perusahaan lokal yang ingin berlaga di pasar global harus memahami seluk beluk bisnis dalam lingkungan ekonomi global. Lingkup pasar berubah menjadi lebih luas. Perbedaan platform seperti bahasa, budaya, politik, harga, perilaku konsumen, kebijakan pemerintah dan sebagainya dapat menjadi masalah dan ancaman kerugian.

3.    Tantangan arsitektur informasi
Keputusan perusahaan untuk mengembangkan sebuah arsitektur informasi yang baru guna mendukung tujuan bisnisnya.

4.    Tantangan investasi
Perusahaan  harus mampu merumuskan visi dan anggaran untuk berinvestasi teknologi informasi dengan skala yang luas. Hal ini sangat kompleks dan membutuhkan perhatian yang serius.

5.    Tantangan kemampuan untuk merespon dan mengontrol
Perusahaan tertantang untuk merancang sistem-sistem yang mudah dipahami dan dikontrol agar sistem informasi yang dibentuk mampu memberikan respon yang cepat dan tepat

6.    Tantangan operasional
Kemampuan suatu perusahaan untuk memelihara informasi yang disajikan dalam situs web. Perusahaan juga dihadapkan pada persoalan keamanan data yang di-share dalam jaringan global tersebut karena banyak hacker dan cracker yang berlalu lalang.

7.    Tantangan komunikasi
Kemampuan untuk mengkomunikasikan rencana induk pengembangan sistem kepada sumber daya manusia agar mereka dapat memahami, menerima dan mau menggunakan secara optimal.

MERANCANG STRATEGI SISTEM INFORMASI E-BUSINESS
Perusahaan e-Business perlu merancang sebuah strategi yang akan diimplementasikan dalam bentuk sistem informasi e-Business. Stategi itu tidak hanya berupa strategi bisinis melainkan juga melibatkan strategi teknologi informasi karena sistem e-Business dibangun dengan tumpuan teknologi tersebut.

Strategi perlu disusun dengan cermat untuk menjawab tantangan bisnis seperti kompetitor pada satu jenjang atau kompetitor kecil lainnya, produk-produk substitusi dan tuntutan konsumen.

Strategi juga berfungsi untuk mengelola sumber daya yang terbatas jumlahnya guna memperoleh laba. Sistem informasi e-Business yang dibangun harus terdefinisi dengan jelas dan terinci tentang model bisnis yang akan diterapkan, alur pergerakan informasi, jenis dan model informasi yang dibutuhkan serta menentukan hak akses informasi. Strategi meliputi penentuan perangkat keras dan perangkat lunak baik sistem dan aplikasinya.


Sumber :
Perbedaan antara e-commerce  dengan e-businnes , dalam http://www.differencebetween.net/business/difference-between-e-business-and-e-commerce/ dan http://www.commerce.net yang diakses pada 19 November 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar