I. Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.[1]
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh
bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan
sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa
berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu
yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu
memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa
yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa
dimakan orang sebagai makanan pokok’. [2]
II. Aspek Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi,
bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bahasa dapat diketahui dari aspek arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
1. Aspek Arbitre
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat
dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara
kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat
yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
2. Aspek Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak
terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang
lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat
dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
3. Aspek Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari
berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan
itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis,
sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja
terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang
tenggelam, tidak digunakan lagi.
4. Aspek Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun
karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai
latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu
menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis
maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya
berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab
yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
5. Aspek Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan
tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi,
yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan
dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau
naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu
bersifat manusiawi. [2]
III. Fungsi Bahasa
1. Bahasa sebagai alat ekspresi diri,
2. Bahasa sebagai alat komunikasi ,
3. Bahasa sebagai alat Integrasi dan adaptasi sosial,
4. Bahasa sebagai alat kontrol sosial (Gorys Keraf,1997:4). [1]
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Wahyu Tri, Bahasa Indonesia (Jakarta: Gunadarma, 2006)
[2] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar