Semakin
konvergennya perkembangan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dewasa ini,
telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features)
fasilitas telekomunikasi yang ada, serta semakin canggihnya produk-produk
teknologi informasi yang mampu mengintegrasikan semua media informasi. Ditengah
globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global communication network)
dengan semakin populernya Internet seakan telah membuat dunia semakin menciut (shrinking
the world) dan semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan
tatananan
masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan teknologi tersebut.
masyarakatnya. Ironisnya, dinamika masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi perkembangan teknologi tersebut.
Pola
dinamika masyarakat Indonesia
seakan masih bergerak tak beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua
bidang kehidupannya ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu
kebijakan ataupun pengaturan yang tepat untuk itu. Meskipun masyarakat telah
banyak menggunakan produk-produk teknologi informasi dan jasa telekomunikasi
dalam kehidupannya, namun bangsa Indonesia secara garis besar masih
meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik dalam membangun suatu
infrastruktur yang handal (National Information Infrastructure) dalam
menghadapi infrastruktur informasi global (Global Information Infrastructure).
Komputer
sebagai alat bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi
telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam
melakukan pemindahan data dan informasi. Dengan kemampuan komputer dan akses
yang semakin berkembang maka transaksi perniagaan pun dilakukan di dalam jaringan
komunikasi tersebut.
Jaringan
publik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jaringan privat dengan adanya
efisiensi biaya dan waktu. Sesuai dengan sifat
jaringan publik yang mudah untuk diakses oleh setiap orang menjadikan hal
ini sebagai kelemahan bagi jaringan
itu.
ELEKTRONIK
COMMERCE
Dalam beberapa waktu ini terakhir
ini, dengan begitu merebaknya media Internet dimana-mana, khususnya di Indonesia. Kehadiran Internet yang
walaupun masih merupakan industri baru yang dalam Fase pertumbuhan, yang masih
terus berubah serta penuh ketidakpastian, telah memperkokoh keyakinan akan
pentingya peranan teknologi dalam pencapaian tujuan finansial perusahaan
melalui modifikasi dan efisiensi proses bisnis yaitu dengan memanfaatkan
E-Commerce. Kemampuan Internet untuk
menjangkau pelanggan baru dan penghematan biaya yang cukup signifikan untuk
distribusi dan pelayanan pelanggan merupakan keunutngan yang bisa didapat
perusahaan dang memindahkan roda nilai comerce ke media Internet.
Perkembangan Teknologi Internet yang
sangan cepat berubah menjadikan strategi atau model bisnis yang cocok. Salah
Satu implementasi dari aplikasi yang berbasis Word Wide Web adalah Elektronic
Commerce atau lebih dikenal dengan istilah e-Commerce. Metodologi bisnis modern
yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi, Merchant dan konsumen dalam menekan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan dengan disertai perbaikan mutu barang dan
jasa, serta peningkatan kecepatan service delivery. Metodologi tersebut
mengubah pola bisnis tradisional menjadi pola bisnis modern dengan pemanfaatan
Internet sebagai media bisnis yang menjadi trend saat ini. Trend ini kemudian
dikenal dengan istilah Internet Commerce yang kemudian menjadi Elektronic
Commerce (E-Commerce).
ARSITEKTUR
E-COMMERCE
E-Commerce dibangun diatas dua
pilar, yaitu pilar non teknis dan pilar teknis. Pilar non teknis meliputi aspek
kebijakan, hukum dan privacy. Sedangkan pilar teknis untuk dokumen elektronik,
multimedia dan protokol jaringan. Untuk di Indonesia dalam kondisi sekarang ini
pilar non teknis yang berupa aspek hukum belum tersedia, sehingga sangat sulit
untuk mengambil tindakan jika terjadi berbagai pelanggaran dalam transaksi.
E-COMMERCE (PERNIAGAAN ELEKTRONIK)
Electronic
Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business
(bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para
ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi
E-Commerce (Perniagaan Elektronik). Secara umum e-commerce dapat didefinisikan
sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade
of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari
yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan
bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulan: "e-commerce is a part of e-business".
Media
elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya
difokuskan dalam hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan media
internet yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain
merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu
digarisbawahi, dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka
kemungkinan adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam
e-commerce. Jadi pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media
internet belaka.
Penggunaan
internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan
yang dimiliki oleh jaringan internet:
1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread
network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah,
cepat dan kemudahan akses.
2. Menggunakan electronic
data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman
dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data
elektronik analog maupun digital.
Dari apa
yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para pihak
yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu
jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan
media internet. Telah dikemukakan di bagian awal tulisan, bahwa koneksi ke
dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang tidak
aman. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan dengan
koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang
dilakukan di media yang tidak aman.
Kelemahan yang dimiliki oleh
Internet sebagai jaringan publik yang tidak aman ini telah dapat diminimalisasi
dengan adanya penerapan teknologi penyandian informasi (Crypthography).
Electronic data transmission dalam e-commerce disekuritisasi dengan melakukan
proses enkripsi (dengan rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data
yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses reversal yaitu proses
dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya sistem sekuriti
seperti SSL, Firewall, dsb.
TANTANGAN
DAN HAMBATAN DALAM PENERAPAN E-COMMERCE
Sebuah sistem E-Commerce merupakan
contoh penerapan teknologi informasi yang komplek. Hal ini disebabkan
terkoneksinya sistem yang seharusnya aman. Sangat propriatery dengan jaringan
Internet yang sama sekali tidak aman, sangat terbuka dan open system. Sebuah perusahaan yang hendak membangun
sistem Internet atau on-line payment service / payment gateway untuk melayani
pembayaran pada situs E-Commerce seharusnya telah mempunyai sistem perbankan
yang kuat, realible dan aman, serta di dukung oleh sumber daya yang handal dan
cukup. Karena selain keamanan yang menjadi prioritas tertinggi, volume
transaksi di Internet tidak dapat diprediksikan besarnya. “Nature” Internet
yang global menyebabkan siapa saja dalam waktu kapan saja dapat mengakses
sistem tersebut. Belum lagi adanya
serangan-serangan mendadak yang banyak dan tersebar, sehingga sulit
untuk dideteksi dan secara langsung dapat mengakibatkan downtime pada sistem
internal.
Untuk mengetahui resiko yang dapat
terjadi dan bagaimana security & control dalam suatu sistem Internet
E-Commerce, perlu ditelaah terlebih dahulu arsitektur sistem secara makro,
kemudian bagian demi bagian dianalisa dan diperiksa lebih lanjut. Kebutuhan
kedalaman analisa dan pemeriksaan ini sangat bergantung pada arsitektur sistem.
Semakin kompleks arsitektur sistem bukan berarti keamanan akan meningkat,
tetapi juga bukan berarti arsitektur sistem yang sederhana akan meningkatkan
realibilitas sistem secara keseluruhan.
Selain arsitektur sistem, perlu
adanya analisa dan pemeriksaan terhadap implementasi, strategi dan prosedur
administrasi sistem yang disiplin dan dijalankan untuk sistem tersebut. Kunci
dari keberhasilan berjalannya sebuah sistem Internet E-Commerce adalah
bagaimana prosedur administrasi sistem dan kemampuan personal administrasi
sistem dalam mengadaptasi perkembangan teknologi. Keamanan dalam kamus Internet
dalam dinamis, setiap hari bahkan setiap jam, selalu ada penemuan security hole
baru. Oleh karena itu personal administrasi sistem harus dapat
mengantisipasinya.
Resiko yang dapat terjadi pada
sistem Internet E-Commerce dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu :
1.
Resiko Server Aplikasi
Internet E-commerce
Internet Server merupakan
tempat berjalannya aplikasi Internet E-Commerce, sekaligus merupakan entry
point kepada aplikasi yang semestinya terisolasi dari Internet.
Beberapa resiko yang
dapat terjadi adalah sebagai berikut :
· Penyusupan
(intrusion) kedalam sistem dengan memanfaatkan security hole
· Penyusupan
(intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan program pelacak password
· Penyusupan
(intrsion) kedalam sistem dengan menggunakan alamat IP palsu (IP Spoofing)
·
Penyusupan
(intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan virus
·
Penyusupan
(intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan back dor
·
Penyerangan
dengan membebani sistem dengan pemboman paket (packet bombing), Ping of Death,
DoS (Denial of Service) atau Ddos (Distributed Denial of Service)
Jika sebuah server
aplikasi Internet E-Commerce berhasil diserang, maka besar kemungkinan cracker
dapat masuk kedalam sistem internal perbankan, karena server tersebut merupakan
entry point ke dalam internal sistem
Pada suatu sistem
Internet E-Commerce yang tidak didisain dan dimaintenance dengan baik,
penyerangan dengan tehnik DoS / DdoS dapat menyebabkan beban lebih pada sistem
sehingga sistem utama dapat mengalami kegagalan atau failure. Hal ini akan
berakibat fatal terhadap perusahaan E-Commerce tersebut. Karena selain dapat
mengakibatkan downtime yang sedang berjalan, cracker dapat melakukan
manipulasi, pencurian, atau kejahatan yang lain sehingga merugikan.
2.
Resiko Transaksi
Banyak Pengguna Internet
yang masih takut dalam melakukan transaksi di Internet, baik untuk membeli dan
menjual barang di toko-toko Virtual, maupun melakukan transaksi keuangan pada
sistem Intenet Banking. Resiko dalam melakukan transaksi di Internet sangat
tinggi, karena selain beragamnya tujuan pengguna Internet, perngkat hukum yang
menaungi keamanan dalam bertransaksi di Internet masih belum memadai. Beberapa
resiko transaksi pada Internet adalah sebagai berikut :
·
Penipuan
dengan memasang situs palsu yang kemudian menangkap nomor kartu kredit.
·
Penipuan
dengan menggunakan nomor kartu kredit palsu untuk melakukan transaksi di
Internet.
·
Penipuan
domain sehingga dapat memasang situs palsu untuk menangkap nomor kartu kredit
dan komponen autentikasi sehingga dapat digunakan untuk penipuan lain.
·
Penipuan
dengan menyangkal telah melakukan suatu transaksi
·
Penipuan
dengan membuat transaksi palsu
·
Terjadinya
transaksi ganda akibat kesalahan pengiriman data
Selain resiko transaksi
di Internet yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi resiko yang dapat
terjadi dalam melakukan suatu transaksi di Internet. Semakin banyak pelaku atau
pihak yang terlibat berarti semakin besar resiko yang dapat terjadi, demikian
pula jika nilai transaksi semakin besar berarti semakin besar resiko yang dapat
terjadi. Dengan adanya persaingan global, kebutuhan untuk melakukan perdagangan
dan transaksi di Internet akan semakin meningkat dan tak terelakan. Hal ini
memacu semua pelaku bisnis untuk mengembangkan teknologi yang dapat mendukung usahanya.
EDI over Internet, Bussines to Customer Commerce (B2C), dan Bussines to
Bussines Commerce (B2B) merupakan masa depan yang tak terelakan. Apalagi
setelah dikembangkannya teknologi WAP (Wireless Application Protocol),
seseorang dimungkinkan membeli saham dimana saja dan dalam waktu yang cepat,
dengan hanya menekan tombol pada mobile phone yang dimilikinya. Oleh karena itu
diperlukan suatu bentuk teknik pengamanan dalam melakukan transaksi di
Internet, baik dari segi teknologi, prosedur maupun dalam perangkat hukum.
KEUNTUNGAN
PENERAPAN E-COMMERCE BAGI DUNIA BISNIS DI INDONESIA
Internet pertama kali diperkenalkan
di Indonesia
pada tahun 1994 melalui lembaga pendidikan. Saat ini Internet di Indonesia
sedang berkembang sangat cepat. Sebenarnya angka perkembangannya lebih sedikit
bila dibandingkan dengan pembangunan, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang cukup
tinggi.
Di kota-kota besar seperti misalnya Semarang, Yogyakarta, Jakarta,
Surabaya dan Bandung, banyak
bermunculan usaha warung Internet (Cyber Café). Didalam Warnet tersebut
terdapat terminal-terminal di mana user dapat mengakses Internet tanpa harus
menjadi pelanggan sebuah ISP. Orang hanya tinggal membayar biaya perjam atas
akses yang dilakukan. Orang Tidak harus terdaftar pada ISP, tidak perlu membayar
biaya bulanan Internet atau biaya telpon. Dan hal yang tepenting yaitu behwa
para pengguna di warung Internet terbebas dari masalah teknis seperti masalah
modem, kesulitan koneksi dan sebagainya.
TANTANGAN
DAN HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA
Kenyataan yang ada diindonesia,
ternyata E-Commerce tidak mampu membuat perubahan yang cukup besar. Jika
diamati fakta di atas, terdapat beberapa faktor yang dipercaya mendukung
perkembangan, diantara kelemahan dan kesulitan yang dihadapi. Yang pertama akan
dibahas tenteng beberapa faktor yang tidak mendukung pertumbuhan E-Commerce di
Indonesia. Terdapat klasifikasi utama yaitu :
a.
Infrastruktur
Dapat dikatakan bahwa
infrastruktur merupakan salah satu aspek terpenting, Secara geografis, Indonesia
merupakan segara kepulauan. Struktur ini menyulitkan dalam pembuatan
Fiber-optic-bases backbone. PT Telkom adalah penyedia telekomunikasi domestik
yang bertanggung jawab terhadap Infrastruturdomestik ini. Sebagian besar dari
jaringan PT. Telkom masih menggunakan Cooper Wire. Hanya kota-kota besar saja
yang memakai fiber optic, walau koneksi ke end user masih menggunakan cooper.
Aspek lain yang dapat dikategorikan sebagai Infrastrutur adalah telepon dan
biaya akses Internet yang relatif masih mahal. Tidak seperti Amerika dan
negara-negara lain, dimana biaya telepon hanya dikenakan bulanan, di Indonesia
biaya tidak hanya biaya bulanan tetapi juga berdasarkan besarnya pemakaian
telepon. Selain itu, User Internet masih diharuskan untuk membayar ISP atas penggunaan
fasilitas Internetnya.
b.
Keamanan
Sebuah survai terhadap
user Indonesia
menunnjukkan bahwa pikiran utama yang masih tertanam di benak mereka untuk
melakukan transaksi di Internet, yaitu mengenai masalah keamanan dalam
pembayarannya. Mereka ingin agar provider memberikan jaminan keamanan
bertransaksi ke situs mereka. Mungkin karena di Indonesia budaya penggunaan kartu
kredit masih sedikit, maka banyak situs E-Commerce di Indonesia yang menawarkan
cara konvensional, yaitu dengan melalui wesel
atau via telepon, sementara halaman WEB hanya menawarkan jenis produk yang akan
dijual, dan transaksi dilakukan dengan kontak langsung via telepon.
PENGHALANG
UTAMA UNTUK MELAKUKAN E-COMMERCE
Menurut survei yang dilakukan
CommerceNet dengan alamat http://www.commerce.net, para pembeli atau pembelanja
belum menaruh kepercayaan kepada E-Commerce. Mereka tidak dapat menemukan apa
yang mereka cari di E-Commerce. Belum ada cara yang mudah dan sederhana untuk
membayar. Pelanggan E-Commerce masih takut ada pencuri kartu kredit, rahasia
informasi personal mereka menjadi terbuka, dan kinerja jaringan yang kurang
baik.
Tampaknya untuk meyakinkan pelanggan
ini, E-merchant harus melakukan banyak proses pemandaian pelanggan, Walaupun
demikian diramalkan sebagian besar pembeli akan berhasil mengatasi penghalang
tersebut beberapa tahun mendatang.
Kunci utama untuk memecahkan masalah
adalah bahwa merchan harus menghentikan pemikiran bahwa dengan cara menopangkan
diri pada pada Java Applets maka semua masalah akan terpecahkan, padahal
kenyataanya adalah sebetulnya merchant harus me-restrukturisasi operasi mereka
untuk mengambil keuntungan maksimal dari E-Commerce.
SISTEM
INFORMASI E-BUSINESS
e-Business (bisnis secara
elektronik) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk memberi nama pada
kegiatan bisnis yang dilakukan melalui Internet. Kegiatan bisnis yang dilakukan
secara online itu meliputi pemasaran, promosi, public relations, transaksi,
pembayaran, dan penjadwalan pengiriman uang. E-Business ini lebih luas dari
sekedar E-Commerce yang hanya terbatas pada proses transaksi secara online.
E-Business nampaknya akan menjadi
model bisnis masa depan karena dapat dikembangkan hanya melalui sebuah rumah
yang kecil dan sederhana. Sementara itu pola e-Business terus berkembang dengan
terciptanya protokol baru seperti Wireless Application Protocol (WAP) yang
memungkinkan akses Internet melalui media komunikasi ponsel sehingga lahirlah
istilah mobile Business atau m-Business.
Sistem e-Business kurang menarik
bila tidak mampu berinteraksi dengan pengaksesnya sehingga muncul sistem
e-Business yang interaktif berbasis multimedia yang disebut dengan interactive
business atau i-Business. Dalam i-Business pengakses sistem seakan-akan
berdialog dengan sistem e-Business melalui pesan maupun kotak-kotak dialog yang
dibangun dalam sistem tersebut.
Untuk membangun e-Business yang
handal, maka dibutuhkan sistem informasi yang mampu menampung dan mengolah data
transaksi serta menghasilkan informasi yang tepat dan akurat setiap saat.
Sistem informasi merupakan faktor
yang mendasar yang harus dikuasai oleh para pengelola sistem e-Business untuk
bertahan dan sukses, karena transaksi dalam bisnis berbasis Internet ini berupa
pertukaran data dan informasi antara penjual dan pembeli. Pembeli akan memberikan
informasi tentang jenis produk yang akan dikonsumsi, jumlah dan nomor kartu
kreditnya sedang penjual akan menginformasikan validitas transaksi dan
informasi penting lainnya.
TANTANGAN
PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI E-BUSINESS
Ada sejumlah tantangan yang
harus dihadapi oleh para pengelola perusahaan yaitu :
1. Tantangan strategi bisnis
Ketangguhan sistem
informasi e-Business terletak pada bagaimana perusahaan merumuskan dan
menuangkan strategi bisnisnya yang handal dalam sistem tersebut misalnya
strategi harga, strategi produk, strategi teknologi dan sebagainya.
2. Tantangan globalisasi
Perusahaan-perusahaan
lokal yang ingin berlaga di pasar global harus memahami seluk beluk bisnis
dalam lingkungan ekonomi global. Lingkup pasar berubah menjadi lebih luas.
Perbedaan platform seperti bahasa, budaya, politik, harga, perilaku konsumen,
kebijakan pemerintah dan sebagainya dapat menjadi masalah dan ancaman kerugian.
3. Tantangan arsitektur
informasi
Keputusan perusahaan
untuk mengembangkan sebuah arsitektur informasi yang baru guna mendukung tujuan
bisnisnya.
4. Tantangan investasi
Perusahaan harus mampu merumuskan visi dan anggaran
untuk berinvestasi teknologi informasi dengan skala yang luas. Hal ini sangat
kompleks dan membutuhkan perhatian yang serius.
5. Tantangan kemampuan untuk
merespon dan mengontrol
Perusahaan tertantang
untuk merancang sistem-sistem yang mudah dipahami dan dikontrol agar sistem
informasi yang dibentuk mampu memberikan respon yang cepat dan tepat
6. Tantangan operasional
Kemampuan suatu
perusahaan untuk memelihara informasi yang disajikan dalam situs web.
Perusahaan juga dihadapkan pada persoalan keamanan data yang di-share dalam
jaringan global tersebut karena banyak hacker dan cracker yang berlalu lalang.
7. Tantangan komunikasi
Kemampuan untuk mengkomunikasikan
rencana induk pengembangan sistem kepada sumber daya manusia agar mereka dapat
memahami, menerima dan mau menggunakan secara optimal.
MERANCANG
STRATEGI SISTEM INFORMASI E-BUSINESS
Perusahaan e-Business perlu
merancang sebuah strategi yang akan diimplementasikan dalam bentuk sistem
informasi e-Business. Stategi itu tidak hanya berupa strategi bisinis melainkan
juga melibatkan strategi teknologi informasi karena sistem e-Business dibangun
dengan tumpuan teknologi tersebut.
Strategi perlu disusun dengan cermat
untuk menjawab tantangan bisnis seperti kompetitor pada satu jenjang atau
kompetitor kecil lainnya, produk-produk substitusi dan tuntutan konsumen.
Strategi juga berfungsi untuk
mengelola sumber daya yang terbatas jumlahnya guna memperoleh laba. Sistem
informasi e-Business yang dibangun harus terdefinisi dengan jelas dan terinci
tentang model bisnis yang akan diterapkan, alur pergerakan informasi, jenis dan
model informasi yang dibutuhkan serta menentukan hak akses informasi. Strategi meliputi
penentuan perangkat keras dan perangkat lunak baik sistem dan aplikasinya.
Sumber :
Perbedaan antara e-commerce dengan e-businnes , dalam http://www.differencebetween.net/business/difference-between-e-business-and-e-commerce/ dan http://www.commerce.net yang diakses pada 19 November 2015.
Perbedaan antara e-commerce dengan e-businnes , dalam http://www.differencebetween.net/business/difference-between-e-business-and-e-commerce/ dan http://www.commerce.net yang diakses pada 19 November 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar