”Engkau
telah meninggalkan dua orang laki-laki dari kaummu yang sepengetahuanku tidak
ada tidak ada yang lebih tahu tentang hadis daripada keduanya: Urwah dan Abu
Salamah.”…-Ibrahim bin Qarizh-
Abu
Salamah adalah putera Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat Rasulullah yang
kaya. Nasabnya secara lengkap adalah Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf bin
Abdi Auf bin Abdi bin Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
al-Quraisy az-Zuhri al-Hafizh. Imam adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala’nya
menempatkannya pada tingkatan kedua dalam jajaran era Tabi’in. Dia merupakan
ulama madinah. Ada yang mengatakan nama aslinya adalah Abdullah atau Ismail.
Dia dilahirkan pada sekitar tahun 20-an Hijriyah. Ia hanya meriwayatkan sedikit
hadis dari ayahnya. Karena sang ayah terlebih dahulu meninggal dunia. Saat itu,
Abu Salamah masih kecil.
Namun
demikian, ia sempat meriwayatkan hadis dari beberapa sahabat Rasulullah SAW,
antara lain dari Usamah bin Zaid, Abdullah bin Salam, Abu Ayyub, Aisyah, Ummu
Salamah, Ummu Sulaim, Abu Hurairah, dan beberapa sahabat yang lain.
Menurut
Umar bin Abdul Aziz, Abu Salamah adalah penuntut ilmu yang faqih dan mujtahid
yang memiliki kemampuan berhujjah. Beberapa ulama meriwayatkan dari Abu Salamah
antara lain anaknya Umar bin Abu Salamah, keponakannya Sa’ad bin Ibrahim, Abdul
Majid bin Suhail, Arak bin Malik, asy-Sya’bi, Sa’id al-Maqbari, Amr bin Dinar,
az-Zuhri, Salamah bin Khalil, dan lainnya.
Ibnu
Sa’ad dalam Thabaqatnya menyebutkan, Abu Salamah termasuk orang yang Tsiqah dan
Faqih. Abu Zur’ah menyebutnya sebagai seorang imam yang tsiqah. Imam Malik
berkata,” Diantara kami ada yang dikenal sebagai ahli ilmu. Nama atau kunyah
salah seorang diantaranya adalah Abu Salamah.
Muhammad
bin Abdullah bin Abi Ya’kub adh-Dhibby berkata,”Abu Salamah pernah datang ke
Bashrah di kediaman Bisyr bin Marwan. Abu Salamah merupakan seorang laki-laki
yang ceria. Wajahnya seperti mata uang dinar.
Az-Zuhri
berkata,”Ada empat orang Quraisy yang kutemui seperti laut (kiasan banyaknya
ilmu mereka). Yaitu Urwah, Ibnu al-Musayyab, Abu Salamah dan Ubaidillah bin
Abdullah. Namun Abu Salamah sering berbeda pendapat dengan Ibnu Abbas. Dengan
demikian, ia terhalang untuk mendapatkan ilmu yang banyak dari Ibnu Abbas.
Ibnu
Syihab az-Zuhri berkata,”aku datang ke mesir untuk bertemu Abdul Aziz, gubernur
daerah itu. Aku berbicara tentang Said bin al-Musayyab. Ibrahim bin Qarizh
berkata,”aku tidak mendengar berbicara kecuali tentang Said bin al-Musayyib?
Ibnu Syihab menjawab,”Ya.” Ibrahim mengatakan,”Engkau telah meninggalkan dua
orang laki-laki dari kaummu yang sepengetahuanku tidak ada tidak ada yang lebih
tahu tentang hadis daripada keduanya: Urwah dan Abu Salamah.” . Az-Zuhri
kembali mengatakan,” Ketika aku kembali ke madinah akau mendapatkan Urwah
laksana laut yang tak dikotori oleh sesuatu.’”
Semasa
hidupnya Abu Salamah biasa mengunjungi berbagai kota. Selain Mesir dan Bashrah,
ia juga pernah ke kuffah. Dipaparkan asy-Sya’bi, “Ketika ke kuffah, ia berjalan
diantaraku dan seorang pria. Lalu ia ditanya tentang orang yang paling berilmu.
Ia diam sejenak, lalu menjawab,”seorang pria diantara kalian berdua.”
Diantara
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Salamah adalah hadis dari Abu Hurairah yang
berbunyi:
“Janganlah memperkuat (tekad) untuk melakukan perjalanan kecuali pada tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjidil Aqsha (di Yerusalem).”
“Janganlah memperkuat (tekad) untuk melakukan perjalanan kecuali pada tiga masjid: Masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjidil Aqsha (di Yerusalem).”
Hadis
lain yang bersumber dari Abu Salamah dari jalur Qatadah bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Melihat itu dari Allah dan bermimpi itu dari Syetan. Ketika salah
satu dari kalian bermimpi buruk, hendaklah ia meludah ke kiri sebanyak tiga
kali dan berta’awudz (berlindunglah) pada Allah dari keburukannya. Maka hal itu
tak akan membahayakannya.”
Sejarawan
Khalifah bin Khayyath mengatakan,”Marwan bin Hakam meninggalkan Madinah pada 48
Hijriyah. Lalu madinah dipimpin oleh Sa’id bin Ash. Dan Abu Salamah bin
Abdurrahman diminta sebagai hakim.”
Abu
Salamah tetap menjabat sebgai Qadhi Madinah hingga Sa’id tidak lagi menjabat
gubernur kota itu pada tahun 54 Hijriyah.
Abu
Sa’ad berkata,”Abu Salamah meninggal dunia di Madinah pada tahun 94 Hijriyah
pada masa pemerintahan al-Walid dalam usia 72 tahun. Ada juga yang menyebutkan
bahwa ia wafat pada tahun 104 Hijriyah
Sumber
:
Buku 101 Kisah Tabi’in
Siyar A’lam Nubala
Masyahir Ulama’ al-Amshar
Buku 101 Kisah Tabi’in
Siyar A’lam Nubala
Masyahir Ulama’ al-Amshar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar