Banjir memang menjadi momok bagi ibukota Jakarta. Bagaimana tidak, di DKI Jakarta ketika hujan cukup deras walaupun hanya sebentar, sudah dipastikan beberapa daerah langganan banjir tergenang air. Bahkan tidak terjadi hujan pun Jakarta sering tertimpa banjir, ‘katanya sih banjir tersebut karena air kiriman dari Bogor’. Secara umum penyebab Banjir di daerah DKI Jakarta terjadi karena
- Tanah kosong atau jalur hijau yang diharapkan menjadi lahan
serapan air semakin berkurang lantaran pemukiman dan fasilitas bisnis yang
terus bertambah dan melebar secara horizontal.
- Bantaran sungai yang mestinya menampung air pada saat pasang,
umumnya tertutup oleh hunian, baik resmi maupun liar dan sampah-sampah. Lebar
sungai-sungai di Jakarta semakin menyempit, dari umumnya 75 meter menjadi 35
meter.
Kota
Jakarta sampai kini belum bisa mengatasi persoalan banjir secara komprehensif.
Bencana banjir di Jakarta bukan hanya persoalan masa kini, di masa kolonial
Belanda pun Jakarta (Batavia) sudah dirundung dengan persoalan Banjir. Seperti
yang tertulis pada halaman 112 pada buku ini Pada akhirnya banjir yang terjadi
tahun 1893 mengakibatkan Batavia tenggelam, setelah itu Batavia dilanda banjir
lagi, yaitu pada 1895, 1899, dan 1904.Sungguh ironis, banjir yang sudah terjadi di Jakarta selama lebih dari 1 abad belumlah teratasi, padahal DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara yang seharusnya menjadi cerminan baik untuk Negara Indonesia ini. Sehingga timbul sebuah pertanyaan
‘Apakah banjir di DKI Jakarta, sebuah masalah sosial ?’.Menurut analisa penulis selama ini, Banjir yang menipa DKI Jakarta merupakan masalah sosial, ini dikarenakan begitu seringnya DKI Jakarta mengalami banjir. Serta dampak yang ditimbulkan dari banjir tersebut tentunya sangat merugikan masyarakat DKI Jakarta selama bertahun-tahun. Seperti yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) DKI Jakarta, bahwa
1. Dampak Banjir
pada Bidang Kesehatan
Setelah banjir,
besar kemungkinan bahwa wabah penyakit mengancam daerah yang terkena banjir.
Hal ini karena aliran banjir membawa sampah dan kotoran, ketika banjir surut,
sampah dan kotoran akan berserakan di daerah yang terkena banjir. Keadaan ini
dapat menurunkan tingkat kesehatan dari suatu daerah jika tidak ditanggulangi
dengan cepat. Penyakit yang biasanya tersebar melalui sampah dan kotoran adalah
diare dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk (malaria, demam berdarah, dll). Di
sisi lain, banjir dapat mencemari sumber air dari daerah di sekitarnya. Ketika
banjir melewati suatu daerah, kandungan zat kimia dari dalam tanah dapat
terbawa oleh air dan tercampur dalam aliran banjir. Kemudian aliran banjir akan
mengalir sampai ke sumber air dan menjadi polutan pada sumber air tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan keracunan air pada daerah sekitar bencana.
2. Dampak Banjir
pada Bidang Ekonomi
Banjir dapat
memberi berdampak pada kerugian ekonomi suatu daerah. Pada dasarnya, ketika
banjir menggenangi suatu pemukiman, besar kemungkinan pemukiman tersebut
menjadi tidak layak tinggal lagi. Dari sisi perseorangan, biasanya perabot atau
peralatan rumah tangga yang terkena banjir tidak mampu dipakai lagi. Ketika
aliran air dari banjir ekstrim, tidak menutup kemungkinan dapat merusak daerah
pemukiman suatu daerah. Dari sisi pemerintah, untuk melakukan perbaikan di
daerah yang terkena banjir dibutuhkan biaya tambahan. Ditambah lagi dengan
biaya pemeliharaan fasilitas yang dapat mencegah banjir seperti drainase,
bendungan, atau gerbang sungai setiap tahunnya.
3.Dampak Banjir
pada Bidang Sosial
Banjir dapat
berdampak juga pada bidang sosial. Jumlah penduduk dari suatu daerah biasanya
berkurang setelah banjir terjadi di daerah tersebut. Hal ini memaksa perubahan
dan adaptasi terhadap suatu komunitas sosial di daerah tersebut. Selain itu,
berpindahnya penduduk dari daerah banjir ke daerah baru juga memaksa penduduk
untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru. Komunitas sosial pada suatu
pemukiman sampai sekarang masih sulit mengatasi dampak sosial yang terjadi
setelah banjir.
Apakah kita akan terus – menerus
membiarkan kondisi seperti ini terus terjadi ?. Tentunya tidak. Itu sebabnya,
kita dan pemerintah harus mencari cara menanggulangi banjir meskipun sebenarnya
cara tersebut sudah ada, kita tinggal merealisasikannya.
Berikut ini beberapa cara untuk menanggulangi banjir :
Berikut ini beberapa cara untuk menanggulangi banjir :
1. Memfungsikan sungai dan selokan
sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan adalah tempat aliran air, jangan
sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat
sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang
yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan
mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian. Malah sebaliknya merusak
lingkungan. Itu sebabnya, pemerintah seharusnya tegas melarang membuat rumah di
dekat sungai dan melarang orang – orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota
dalam jangka waktu lama (untuk menetap).
3. Menanam pohon dan pohon – pohon yang
tersisa tidak di tebangi lagi. Pohon adalah salah satu penompang kehidupan di
suatu kota. Bayangkan, bila sebuah kota tidak penetralisasi pencemaran udara di
siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah
tidak ada lagi pohon, bisa di bayangkan apa yang akan terjadi bila hujan
tiba.
Cara menanggulangi banjir tersebut
bisa di lakukan saat ini juga. Bila tidak sekarang, kapan lagi? Kita semua
wajib memikirkan cara menanggulangi banjir. Bagaimanapun, hal itu adalah
tanggung jawab bersama.
Demikianlah pembahasan mengenai Banjir Jakarta yang Menjadi
Sebuah Masalah Sosial, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar